Sabtu, 11 Desember 2010

Meningkatkan Inteligensia Anak

Meningkatkan Inteligensia Anak


TOGA copyTINGKATKAN inteligensia anak Anda! Itulah mungkin yang sering Anda dengar bila ingin anak berhasil. Lalu, bagaimana caranya? Anda tentu berpikir sejenak dan ingin menjawab pertanyaan itu… demi anak Anda. Dan, apakah Anda sudah menemukan jawabannya… lalu menerapkannya untuk anak-anak.
Ya, meningkatkan inteligensia anak ada caranya. Bila Anda belum menemukannya, berikut ini beberapa butir yang bisa Anda coba. Bila Anda sudah tahu cara maupun tekniknya, butir-butir di bawah ini bisa memperkaya cara Anda.
Fokus Pandangan Anak
Pada usia sekitar 6 bulan, fokus pandangan anak sejauh 17-20 cm.
Jika Anda sedang mengasuhnya, dekatkan muka Anda sejauh itu agar ia bisa melihat wajah Anda dengan fokus. Pandanglah matanya, ajak ia tertawa, ajak bercakap-cakap. Lakukan dengan “santai” saja, jangan tegang. Dengan demikian, Anda dan anak akan menikmati “pengalaman” ini secara lebih sempurna dan mengasyikkan.
Jika Anda memegangnya terlalu jauh, pandangannya ke wajah Anda di luar fokusnya. Ia tidak dapat “belajar” secara optimal. Pertumbuhan jaringan sarafnya kurang intens. Ketika wajah Anda berada terlalu dekat dengan wajah anak, Anda tidak akan bisa fokus pada wajah anak; tidak apa, pakai pandangan netral (pandangan jauh), tetapi arahnya ke wajah anak, sebab kita sedang mementingkan fokus pandangan anak ke wajah kita, bukan sebaliknya.

Pembentukan Jaringan Saraf
Ajak anak bercakap-cakap, bacakan buku, berceritalah, walaupun sepertinya ia tidak mengerti. Ternyata “sekolah” semacam ini sangat membantu pembentukan jaringan yang intens.
Setelah anak berusia 5 tahun, Anda masih perlu sering membacakan sebuah buku atau bercerita, tetapi saat itu seharusnya anak Anda sudah mulai bisa mencari sendiri sumber informasi dari lingkungannya, misalnya melalui prasekolah dan TK yang diikutinya.
Musik mempercepat perkembangan otak
Bahkan sejak kehamilan
trimester terakhir (mulai 7 bulan)
bayi dalam kandungan ibu,
sampai dewasa, sudah terbukti
musik sangat mempercepat perkembangan otak.
Sediakan rekaman musik-musik yang sifatnya klasik, Anda sendiri harus sering menyanyi baginya.
Konon musik klasik Mozart membawa efek inteligensia, musik Beethoven membangun motivasi dan musik Schubert menyentuh kehalusan budi (walaupun ada beberapa ilmuwan menyanggahnya). Tentunya juga musik-musik lain. Bahkan, lagu pengantar tidur yang Anda nyanyikan membawa efek positif. Tetapi, jangan sekali-kali menggunakan musik dengan irama rock, jazz, rap dan musik-musik bernuansa keras dan miskin melodi. Hal ini hanya akan membangun sifat agresif dan perasaan negatif lainnya.
Sering Bereksplorasi
Ajak anak sering bereksplorasi,
misalnya menjelajahi kebun,
atau melewati jalan yang tidak biasa
seraya memperbincangkan temuan sepanjang jalan.
Ajak ia bereksperimen, misalnya bagaimana kalau ingin segera minum tetapi air masih panas. Biarkan ia menemukan sendiri atau mengamati semut yang sedang menarik makanan.
Memperkenalkan Warna
Anak yang masih kecil, hendaknya mulai diperkenalkan warna-warna “tengah” (kelabu, merah jambu, jingga, dll.) di samping warna dasar (merah, kuning, hijau). Makin kaya mereka dapat mengenali banyak warna, perkembangan otak makin cepat.
Ajak Memuji
Sering ajak mereka spontan memuji (hal yang memang pantas dipuji). Misalnya, ketika pertama kali mereka bisa minum dari cangkir tanpa tumpah, ajak mereka bertepuk tangan. Pujian spontan semacam ini membangun semangat ‘lain kali saya akan berusaha/mencari cara minum tanpa tumpah‘. Dan itu adalah semangat untuk belajar dari kesalahan (trial and error).
Sebuah Contoh Nyata
Berikut ini sebuah contoh upaya yang tampaknya sederhana, tetapi terbukti sangat menolong menumbuhkan inteligensia anak.
Marcia dan Mark Thomas melahirkan anak dengan down syndrome, yaitu keterbelakangan mental (debiel). Anak itu diberi nama Jennifer.
Kedua orang tua itu menerima sebuah buku best seller karya Jim Trelease berjudul The Read-Aloud Handbook. Buku ini menjelaskan bahwa membaca buku adalah satu-satunya sarana bagi anak untuk maju dan menjadi pandai.
Menyadari Jennifer akan mengalami keterbelakangan mental, yang artinya tingkat inteligensianya akan sangat rendah, suami-istri itu memutuskan memberi “diet” sehari sepuluh buku, sesuai dengan anjuran Trelease. Mereka bergiliran membacakannya untuk anak mereka sejak usia 3 bulan saat diagnosis down syndrome dipastikan.
Mukjizat pun terjadi: pada usia 5 tahun, Jennifer yang masih berwajah mongoloid layaknya down syndrome, telah dapat membaca sendiri! Pada usia 10 tahun, ia mampu mengikuti sekolah biasa di kelas 4. Kemampuan membacanya “fenomenal”, kata gurunya; dan itu diraih dengan diet bacaan!
Pola hidup anak masa kini bergeser jauh, bukan pada membaca, tetapi nonton TV. Ini sangat merusak kemampuan mereka berinteraksi dengan ilmu pengetahuan. Trelease melakukan kampanye dari sekolah ke sekolah, mendesakkan pentingnya kebiasaan membaca, dimulai dari orang tua, yang bersedia meluangkan 20 menit sehari untuk membacakan sebuah buku bagi anaknya sampai kesukaan membaca sudah tumbuh subur dan anak punya kehendak sendiri gemar membaca.
Orang tua harus menjadi teladan gemar membaca. Trelease menganjurkan berlangganan setidaknya satu surat kabar dan membeli satu buku setiap minggu, lalu membuat program giliran membacanya di antara anggota keluarganya setiap hari, setidaknya sehari 20 menit.
***
Jika Anda tidak memiliki waktu yang sesuai dengan waktu anak Anda untuk sesi membaca, pakailah kaset recorder. Pada waktu senggang, bacalah sebuah buku, programkan sedemikian sehingga setiap hari anak Anda dapat memutar kaset dan mendengarkan bacaan Anda, setidaknya 20-30 menit, itu satu sisi dari sebuah kaset normal.
Jika anak Anda sudah mulai memperlihatkan dan mampu membaca sendiri, sertakan buku beserta kasetnya. Minta ia membaca buku seraya mendengarkan bacaan. Setiap kali pindah halaman, beri tanda dengan denting gelas sehingga anak bisa tetap mengikuti halaman demi halaman.
Dua puluh menit yang Anda sumbangkan bagi anak Anda kelak akan membawa pengetahuan anak lebih cepat maju. Anak Anda lebih bergairah untuk terus maju, wawasannya cepat meluas, dan ia akan lebih mudah menjadi anak yang berhasil di sekolahnya dan dalam kehidupannya kelak.
cover mendidik anak juara(Catatan: Jika Anda ingin membaca artikel ini lebih lengkap, silakan baca buku berjudul MENDIDIK ANAK BERMENTAL JUARA, Penulis: dr. Yahya Wardoyo, SKM, Penerbit: Sketsa Inti Media, Jakarta, Distributor: PT Buku Kita – Agromedia Group, Jakarta.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar